Implementasi merupakan tahapan setelah kita melakukan analisis dan desain dari
system yang akan dibangun. Tahap implementasi disebut juga coding yaitu
mengubah hasil rancangan kedalam bentuk program menggunakan salah satu bahasa
pemrograman yang paling sesuai.
Sesuai
dengan pendekatan pada tahap analisis dan desain, maka untuk pemrogramannya
menggunakan pendekatan berorientasi obyek.
Pemrograman
berorientasi obyek merupakan paradigma baru dalam pemrograman, dimana kita
memandang suatu dunia sebagai populasi obyek yang saling berinteraksi satu
dengan yang lain. Sedangkan bagaimana obyek tersebut berinteraksi sangat
tergantung pada apa yang akan dilakukan oleh obyek itu sendiri. Misalnya ada
suatu rutin program yang digunakan untuk mengatur arah kendali pesawat. Maka
rutin tersebut tidak bisa digunakan untuk kendali mobil atau kendali mesin
bubut.
Pemrograman
berorientasi obyek (PBO) adalah metode pemrograman yang dikembangkan untuk
mengikuti pola berfikir manusia dalam memberlakukan sesuatu obyek. Ada tiga
ciri utama dalam pemrograman berorientasi obyek, yaitu:
- Pengkapsulan, yaitu mengkombinasikan struktur dengan fungsi yang memanipulasinya dalam membentuk tipe data baru yaitu kelas (class).
- Pewarisan, yaitu pendefinisian suatu kelas dan menggunakannya untuk membangun suatu hirarki kelas turunan, yang mewarisi sifat-sifat dari kelas induknya.
- Polimorfisme, yaitu pemberian satu aksi untuk satu nama yang dipakai bersama pada suatu hirarki kelas, yang masing-masing hirarki kelas menerpkan cara yang sesuai dengan dirinya.
Dua
macam metode / pendekatan test yaitu :
1.
Black Box Testing
Test
case ini bertujuan untuk menunjukkan fungsi PL tentang cara beroperasinya,
apakah pemasukan data keluaran telah berjalan sebagaimana yang diharapkan
dan apakah informasi yang disimpan secara eksternal selalu dijaga
kemutakhirannya.
2.
White Box Testing
Adalah
meramalkan cara kerja perangkat lunak secara rinci, karenanya logikal path
(jalur logika) perangkat lunak akan ditest dengan menyediakan test case
yang akan mengerjakan kumpulan kondisi dan atau pengulangan secara
spesifik. Secara sekilas dapat diambil
kesimpulan
white box testing merupakan petunjuk untuk mendapatkan program yang benar
secara 100%.
UJI
COBA WHITE BOX
Uji
coba white box adalah metode perancangan test case yang menggunakan
struktur kontrol dari perancangan prosedural untuk
mendapatkan
test case. Dengan rnenggunakan metode white box, analis sistem akan dapat
memperoleh test case yang menjamin seluruh independent path di dalam modul
yang dikerjakan sekurang-kurangnya sekali mengerjakan seluruh
keputusan logikal mengerjakan seluruh loop yang sesuai dengan batasannya mengerjakan
seluruh struktur data internal yang menjamin validitas.
1.
UJI COBA BASIS PATH
Uji
coba basis path adalah teknik uji coba white box yg diusulkan Tom McCabe.
Metode ini memungkinkan perancang test case mendapatkan ukuran
kekompleksan logical dari perancangan prosedural dan menggunkan ukuran ini
sbg petunjuk untuk mendefinisikan basis set dari jalur pengerjaan. Test
case yg didapat digunakan untuk mengerjakan basis set yg menjamin
pengerjaan setiap perintah minimal satu kali selama uji coba.
PENGUJIAN
BLACK-BOX
Pengujian
black-box berfokus pada persyaratan fungsional PL. Pengujian ini
memungkinkan analis system memperoleh kumpulan kondisi input yg akan
mengerjakan seluruh keperluan fungsional program.
Tujuan
metode ini mencari kesalaman pada :
- Fungsi yg salah atau hilang.
- Kesalahan pada interface
- Kesalahan pada struktur data atau akses database
- Kesalahan performansi
- Kesalahan inisialisasi dan tujuan akhir
Metode
ini tidak terfokus pada struktur kontrol seperti pengujian whitebox tetapi
pada domain informasi.
Pengujian
dirancang untuk menjawab pertanyaan sbb:
- Bagaimana validitas fungsional diuji?
- Apa kelas input yg terbaik untuk uji coba yg baik?
- Apakah sistem sangat peka terhadap nilai input tertentu?
- Bagaimana jika kelas data yang terbatas dipisahkan?
- Bagaimana volume data yg dapat ditoleransi oleh sistem?
- Bagaimana pengaruh kombinasi data terhadap pengoperasian system?
1.
EQUIVALENCE PARTITIONING
Equivalence
partitioning adalah metode pengujian black-box yg memecah atau membagi
domain input dari program ke dalam kelas-kelas data sehingga test case
dapat diperoleh. Perancangan test case equivalence partitioning
berdasarkan evaluasi kelas equivalence untuk kondisi input yg
menggambarkan kumpulan keadaan yg valid atau tidak. Kondisi input dapat
berupa nilai numeric, range nilai, kumpulan nilai yg berhubungan atau
kondisi Boolean.
Contoh
:
Pemeliharaan
data untuk aplikasi bank yg sudah diotomatisasikan. Pemakai dapat memutar
nomor telepon bank dengan menggunakan mikro komputer yg terhubung dengan
password yg telah ditentukan dan diikuti dengan perintah-perintah. Data yg
diterima adalah :
Kode
area : kosong atau 3 digit
Prefix
: 3 digit atau tidak diawali 0 atau 1
Suffix
: 4 digit
Password
: 6 digit alfanumerik
Perintah
: check, deposit, dll
Selanjutnya
kondisi input digabungkan dengan masing-masing data elemen dapat
ditentukan sbb :
Kode
area : kondisi input, Boolean – kode area mungkin ada atau tidak kondisi
input, range – nilai ditentukan antara 200 dan 999
Prefix
: kondisi input range > 200 atau tidak diawali 0 atau 1
Suffix
: kondisi input nilai 4 digit
Password
: kondisi input boolean – pw mungkin diperlukan atau tidak
kondisi
input nilai dengan 6 karakter string
Perintah
: kondisi input set berisi perintah-perintah yang telah didefinisikan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar