Rabu, 20 Maret 2013

metode implementasi dan testing

        Implementasi merupakan tahapan setelah kita melakukan analisis dan desain dari system yang akan dibangun. Tahap implementasi disebut juga coding yaitu mengubah hasil rancangan kedalam bentuk program menggunakan salah satu bahasa pemrograman yang paling sesuai.
Sesuai dengan pendekatan pada tahap analisis dan desain, maka untuk pemrogramannya menggunakan pendekatan berorientasi obyek.
Pemrograman berorientasi obyek merupakan paradigma baru dalam pemrograman, dimana kita memandang suatu dunia sebagai populasi obyek yang saling berinteraksi satu dengan yang lain. Sedangkan bagaimana obyek tersebut berinteraksi sangat tergantung pada apa yang akan dilakukan oleh obyek itu sendiri. Misalnya ada suatu rutin program yang digunakan untuk mengatur arah kendali pesawat. Maka rutin tersebut tidak bisa digunakan untuk kendali mobil atau kendali mesin bubut.
Pemrograman berorientasi obyek (PBO) adalah metode pemrograman yang dikembangkan untuk mengikuti pola berfikir manusia dalam memberlakukan sesuatu obyek. Ada tiga ciri utama dalam pemrograman berorientasi obyek, yaitu:
  • Pengkapsulan, yaitu mengkombinasikan struktur dengan fungsi yang memanipulasinya dalam membentuk tipe data baru yaitu kelas (class).
  • Pewarisan, yaitu pendefinisian suatu kelas dan menggunakannya untuk membangun suatu hirarki kelas turunan, yang mewarisi sifat-sifat dari kelas induknya.
  • Polimorfisme, yaitu pemberian satu aksi untuk satu nama yang dipakai bersama pada suatu hirarki kelas, yang masing-masing hirarki kelas menerpkan cara yang sesuai dengan dirinya.
Dua macam metode / pendekatan test yaitu :
1. Black Box Testing
Test case ini bertujuan untuk menunjukkan fungsi PL tentang cara beroperasinya, apakah pemasukan data keluaran telah berjalan sebagaimana yang diharapkan dan apakah informasi yang disimpan secara eksternal selalu dijaga kemutakhirannya.
2. White Box Testing
Adalah meramalkan cara kerja perangkat lunak secara rinci, karenanya logikal path (jalur logika) perangkat lunak akan ditest dengan menyediakan test case yang akan mengerjakan kumpulan kondisi dan atau pengulangan secara spesifik. Secara sekilas dapat diambil
kesimpulan white box testing merupakan petunjuk untuk mendapatkan program yang benar secara 100%.

UJI COBA WHITE BOX
     Uji coba white box adalah metode perancangan test case yang menggunakan struktur kontrol dari perancangan prosedural untuk
mendapatkan test case. Dengan rnenggunakan metode white box, analis sistem akan dapat memperoleh test case yang menjamin seluruh independent path di dalam modul yang dikerjakan sekurang-kurangnya sekali mengerjakan seluruh keputusan logikal mengerjakan seluruh loop yang sesuai dengan batasannya mengerjakan seluruh struktur data internal yang menjamin validitas.

1. UJI COBA BASIS PATH
Uji coba basis path adalah teknik uji coba white box yg diusulkan Tom McCabe. Metode ini memungkinkan perancang test case mendapatkan ukuran kekompleksan logical dari perancangan prosedural dan menggunkan ukuran ini sbg petunjuk untuk mendefinisikan basis set dari jalur pengerjaan. Test case yg didapat digunakan untuk mengerjakan basis set yg menjamin pengerjaan setiap perintah minimal satu kali selama uji coba.

PENGUJIAN BLACK-BOX
Pengujian black-box berfokus pada persyaratan fungsional PL. Pengujian ini memungkinkan analis system memperoleh kumpulan kondisi input yg akan mengerjakan seluruh keperluan fungsional program.
Tujuan metode ini mencari kesalaman pada :
  • Fungsi yg salah atau hilang.
  • Kesalahan pada interface
  • Kesalahan pada struktur data atau akses database
  • Kesalahan performansi
  • Kesalahan inisialisasi dan tujuan akhir
Metode ini tidak terfokus pada struktur kontrol seperti pengujian whitebox tetapi pada domain informasi.
Pengujian dirancang untuk menjawab pertanyaan sbb:
  • Bagaimana validitas fungsional diuji?
  • Apa kelas input yg terbaik untuk uji coba yg baik?
  • Apakah sistem sangat peka terhadap nilai input tertentu?
  • Bagaimana jika kelas data yang terbatas dipisahkan?
  • Bagaimana volume data yg dapat ditoleransi oleh sistem?
  • Bagaimana pengaruh kombinasi data terhadap pengoperasian system?

1. EQUIVALENCE PARTITIONING
Equivalence partitioning adalah metode pengujian black-box yg memecah atau membagi domain input dari program ke dalam kelas-kelas data sehingga test case dapat diperoleh. Perancangan test case equivalence partitioning berdasarkan evaluasi kelas equivalence untuk kondisi input yg menggambarkan kumpulan keadaan yg valid atau tidak. Kondisi input dapat berupa nilai numeric, range nilai, kumpulan nilai yg berhubungan atau kondisi Boolean.
Contoh :
Pemeliharaan data untuk aplikasi bank yg sudah diotomatisasikan. Pemakai dapat memutar nomor telepon bank dengan menggunakan mikro komputer yg terhubung dengan password yg telah ditentukan dan diikuti dengan perintah-perintah. Data yg diterima adalah :
Kode area : kosong atau 3 digit
Prefix : 3 digit atau tidak diawali 0 atau 1
Suffix : 4 digit
Password : 6 digit alfanumerik
Perintah : check, deposit, dll
Selanjutnya kondisi input digabungkan dengan masing-masing data elemen dapat ditentukan sbb       :
Kode area : kondisi input, Boolean – kode area mungkin ada atau tidak kondisi input, range – nilai ditentukan antara 200 dan 999
Prefix : kondisi input range > 200 atau tidak diawali 0 atau 1
Suffix : kondisi input nilai 4 digit
Password : kondisi input boolean – pw mungkin diperlukan atau tidak
kondisi input nilai dengan 6 karakter string
Perintah : kondisi input set berisi perintah-perintah yang telah didefinisikan